Sunday, April 06, 2008

Safwa cintaku


Assalamualaikum semua, bagaimana kabarnya ? Mau idul adha kan, sudah siapkan kurbannya belum ?

Aahhh….lama sekali saya tidak menulis, rasanya sudah berabad-abad J Rindu. Rindu. Dan rindu.

Sekarang saya adalah seorang ibu rumah tangga, mendampingi laki-laki baik hati yang saya cium tangannya tiap pagi dan seorang peri mungil yang bersinar penuh kemilau seperti namanya. Setahun yang lalu, saya sibuk sekali mensyukuri setiap bilangan hari, tak putus. Atas laki-laki asing yang datang menetap dalam hati saya lalu menumpahinya dengan sejuta doa dan perasaan. Semoga hingga di akhirat ya sayang…


Menapaki tahun kedua, saya malah tak bisa beranjak. Peri mungil yang sekarang genap enam bulan dan begitu meyukai buku dan tasbih sebagai mainannya (semoga hingga kelak pun seperti itu selalu, Nak. Aamiin. Sholehah dan cerdas), begitu mencuri hati saya. Saya tak hentinya memelototinya, jika tidak, akan begitu banyak hal yang terlewat. Karena cepat sekali pertumbuhannya. Rasanya dulu saat saya menangis meminta melihat bayi saya untuk kedua kalinya setelah dioperasi caesar, ia hanya sekecil ini. Eh, tidak terlihat ya ? J Mungil dan tampak rapuh deh. Alasannya dulu kenapa ya, minta lihat bayi lagi, mmh.. niatnya mau IMD – inisiasi menyusui dini yang bayinya diletak didada sang ibu dan selama satu jam atau lebih bayi akan bergerak sendiri untuk menyusui, subhanallah, Allahu Akbar deh lihat vcdnya… , tapi ga jadi gara-gara belum kongkalingkong sama dokternya, maklum operasi caesar saya sito alias dadakan. Sampai seminggu setelahnya saya hanya memperhatikan suster yang memandikannya karena tubuh saya masih dalam masa pemulihan. Mmh.. hehe alasan, itu terlebih karena saya begitu takut menyentuhnya. She is sooo gorgeous. Soooo tiny… dan saya jatuh cinta begitu saja.

Saya hanya bisa mengingat satu hari dimana begitu lelahnya terjaga di malam hari, lalu akhirnya saya biarkan suami saya menggendong Safwa hingga saya terlelap. Hehehe.. bukannya Safwa yang terlelap, malah sayanya. Selebihnya saya begitu takjub atas pertumbuhannya. Sekarang dia pandai sekali telungkup. Tiba-tiba nanti sudah diujung tempat tidur, guling-guling sendiri. Kepalanya sudah diangkat-angkat, semangat untuk duduk tegak. Dan dia sholehah sekali. Tidak pernah merepotkan. Jika saya katakan, "Nak, Bunda mau sholat dulu ya, yang sabar ya, main kertas dulu"
maka dia akan asyik sekali main kertas. Sembari ngomel-ngomel atau nyanyi-nyanyi dengan bahasa bayinya – mungkin turunan dari ibunya hehhe – . Safwa suka sekali dipeluk. Dia akan terkikik-kikik sendiri dengan giginya yang ompong alias belum tumbuh gigi. Dan dia akan bersinar saat dicium. Safwa sangat menikmati saat begitu banyak sayang menyentuhnya. Aahh..

Terkadang saat larut dan ia tertidur, saya suka sekali berlama-lama menatapnya. Mengatakan bahwa saya mencintainya. Hingga rasanya sesak. Lalu bertukar pandang dengan suami saya yang matanya sering basah penuh syukur. "Allah baik banget sama kita ya Bun". Dan saya hanya sanggup mengiyakan dengan tangan menyeka mata. Allah….. Pernah beberapa malam, dalam lautan syukur saya, saya tergugu dan dengan gagu berujar, " Rob, jadikan kecintaanku kepada Safwa hanya berujung padaMu.. hanya padaMu… bahwa ia milikMu.. adalah titipanMu… "

Dan kelulah bibir ini…. Allah…

Maka tolong ingatkan saya jika terlontar ucap keluh, kuatkan saya, karena apalah semua ketika begitu banyak kedamaian mengiringi langkah saya.

Wassalam,
Bundanya Safwa