Friday, May 11, 2007

Saat kelam menggulung kilau, perlahan...

Saat kelam menggulung kilau, perlahan...

Aku ingin selalu menuliskanmu puisi-puisi
mangalir seperti aliran darah membawa energi
hingga ke sel-sel yang tersembunyi
berhembus dalam setiap helaan nafas hidupku

Tapi sayang...itu bukan puisi untuk kita, seorang hamba
Itu adalah rentetan-rentetan suku kata dan rasa
untuk Yang Maha Indah
aliran syair bagi Pemilik Jiwa
puisi-puisi kita pada Sang Pencipta

Kita kan tuliskan puisi-puisi,
rentetan kata dan rasa,
aliran syair dan cerita,
untukNya
pada tiap aliran darah,
pada tiap helaan nafas hidup kita

Cucuran darah kan menjadi warna indah pada tinta puisi kita
Engahnya nafas menjadi rentak dalam pembuktiannya
Kita kan selalu menuliskanNya puisi-puisi
mengalir seperti aliran darah membawa energi
hingga ke sel-sel yang tersembunyi
berhembus dalam setiap helaan nafas kita

Puisi-puisi yang menjadi sempurna saat aliran darah terhenti
saat hembusan nafas senyap
saat sempurna melihat wajahNya..

Bersediakah kau sayang....????


"Lakukanlah apa yang kita mampu dan tahu,
biarkan Allah memampukan dan memberitahukan
apa yang kita tak mampu dan apa yang kita tak
mengetahuinya."



Note : Puisi di atas ditulis oleh belahan hati saya. Yang bagi saya pribadi merupakan puisi penggerak, saat jiwa mulai layu. Puisi penggubah cahaya saat kelam mulai berjejak. Sekaligus merupakan puisi yang tiap baitnya begitu indah dan menghujam hingga jauh setelahnya.