Wednesday, May 11, 2005

No Title....

‘adindaku sayang, tidakkah pejamkan mata sejenak ? matamu kuyu berbasuh sendu’ ujarku saat itu

‘tidak ada waktu’ sahutmu

‘ya, waktu menggilas segala benda. tapi percayalah, hati dan rasa bukan sesuatu yang tercipta untuk tergilas’

‘tidak, tidak untuk tergilas. namun untuk terpecah hingga luruh jutaan keping’

hening menggema. getarannya menyentuh pucuk-pucuk sunyi.

‘dan yang kau lakukan sekarang memungutinya ? berharap menyusunnya utuh. bukankah lebih mudah menerima nyata dari tiada ?’

‘nyata dan tiada bukankah sama. semua berpendar dari satu asa.’

‘lalu?’

‘aku tidak memungutinya. tidak menyusunnya. hanya menikmatinya. guliran-guliran waktu yang berderak. kau tahu ? rasanya manis, campuran sakit dan perih. luka.’

pilu seketika menggumpal. haru diujung tumpuan.

‘hadirku disini perlukah? atau hanya menambah gundah? gelisahmu pekat. nyerimu lekat. dan aku hanya mampu bergulat. dengan diri’

‘tetaplah bersamaku. jangan risau. acuhkan laraku. hanya bersamaku. itu cukup’

After a hardest time on March 2002

Walk to Age 21...

Apa yang sudah kita lakukan, jiwa ? Apa yang telah kita hasilkan ? Tentang manfaat, mengertikah ? sebesar apa manfaat kita untuk umat ? tidak ada ? betapa meruginya……

Duhai diri, usiamu telah melaju, sangat cepat, bahkan mungkin terlalu cepat….

sedang karunia Allah tidak sekejap pun berkurang, apalagi hilang…

sedang diri, sedang raga, sedang jiwa, apa yang telah kau perbuat ?

umat umat ? untuk Allah ?….yang telah melimpahimu berkah bak air bah, mengalir lalu melaut, sedang diri dengan pongahnya menolak setiap kenikmatan dengan sibuk membandingkan dan menuntut…….. duuuh…

Istigfarlah, lagi, berulang kali, dengan setulus hati, sepenuh ikhlas, biar seluruh kelam melarut…..

Dan diri, dalam setiap derak jantung dan debur nadi, pahamilah ada makna yang menggelembung. Membesar lalu melambung.

Bukankah Allah mengaruniai kita untuk mengenyam pendidikan ? di tempat terbaik ?

sedang yang lain tidak….

sedang yang lain sibuk memenuhi jalanan menyodorkan tangan, koran dan asongan,

sedang yang lain sibuk terlena memadati panggung hiburan dengan liukan badan,

Bukankah Allah memilih kita untuk menyelami islam dan tarbiyah ?

sedang tidak semua orang dilapangkan dadanya untuk itu.. …

lalu apa yang telah kau perbuat ? tidak ada dan tidak perlu ? betapa dangkalnya !

Allah tidak menciptakan kita tanpa arti. Sungguh tidak main-main. Sarat makna. Tidakkah mengerti ? pundak-pundak ini bungkuk menopang amanah yang bahkan gunung perkasa pun menolaknya. Dada ini sesak terhimpit amanah yang luar biasa mulianya. Bahkan setiap keletihan jasad harus menyebar manfaat untuk sebanyak umat. Bermanfaat. Berdaya guna. Bukan hanya sekedar tidak merugikan yang lain. Betapa kerdilnya jika hanya sebatas itu !

Bukankah raga ini milik Allah ? lalu mengapa Allah memberi kita upah pahala agar menggunakan raga ini untuk berjuang di jalan-Nya, padahal jasad ini utuh milik-Nya ? Tidakkah terlihat jelas Allah Maha Pengasihnya ? lalu, mengapa masih kaku, enggan bergerak, menolak berjuang ? padahal apa yang terlihat kita miliki, semuanya titipan. Sedang kita masih berada disini, tidak beranjak maju atau bahkan pesat melaju, membawa panji Islam berkibar….alangkah mirisnya…

Mari hati, renungi setiap helai hari yang luruh, dan jika sampai pada helai terakhir, saat malaikat maut menggandeng erat, apa yang harus kita sampaikan, bahwa umat sekarat dan tidak ada yang kita perbuat.. itukah ?

Sujud padaMu Robb, telah lewat tahun ke-21, namun apa yang sudah hamba perbuat ????????

Dec 1, 2003

Unfinished Writing

Bismillahirrohmaanirrohiim…

Saya tidak menyukai berbicara mengenai keletihan, kelelahan atau apapun namanya itu. Hal-hal tersebut hanya milik orang-orang lemah.

Namun adakalanya saat kelelahan dan keletihan menjulang, segala tameng pembelaan begitu mudahnya berjajar. Rapih dan kokoh.

Manusia-kah ?

Ya, saya pikir. Allah menciptakan manusia, perempuan dan laki-laki, dalam keadaan lemah. Tak berdaya. Jadi sudah sewajarnya jika ia mengenal keletihan dan bergulat dengan kelelahan. Bahkan mungkin berkubang dalam semuanya itu.

Saya pun tidak menyukai berbicara mengenai kesedihan dan kehampaan atau apapun sebutan orang untuk itu. Hal-hal tersebut hanya milik orang-orang kerdil.

Namun adakalanya saat kesedihan dan kehampaan begitu menjeratnya, seluruh baja ketabahan runtuh seketika. Hancur lebur tak bersisa.

Manusia-kah ?

Kembali, ya, saya pikir. Bahkan di tengah kebesaran sebuah hati, selalu ada titik-titik kerdil yang menggumpal. Menjerit dan membubung. Melangit. Tak teredam.

Tapi ingatkah, duhai hati yang bergejolak, himpitan rasa yang berpadu kelam,

Bukankah Allah pun menghadirkan Islam ?

Sungguh, bukankah Allah menghadirkan Islam ?

Yang dengannya menyelaraskan setiap ketimpangan, melapangkan seluruh kehimpitan, menyejukkan segala kegersangan, membasuh utuh, celupan Allah…