Friday, March 11, 2005

Ulasan Novel Rahasia Dua Hati - Muthmainnah

Hhh...saya sudah selesai baca Rahasia dua hati-nya mbak imun (Muthmainnah nick name--red). tanggapannya ? ......kok jadi speechless gini yah ;)

Saya bacanya sudah lebih dari seminggu yang lalu, tapi sampai sekarang masih berdampak. Entah dikategorikan apa, tapi mungkin karena saya belum menikah. Jadi, untuk yang masih single hati-hati baca buku ini ;) ga nyambung yah ? tapi saya jadi melo gini nih. oke, mulai cerita yah...

Kebetulan sabtu seminggu yang lalu, saya keliling Bogor. Tumben banget, tapi maklum tinggal skripsi, jadi domainya kembali ke Bogor. Biasanya saya beli buku islam di bang sofyan mui, atau paling banter deket-deket ui seperti nurul fikri. Tapi ternyata saya beli novel RDH (Rahasia Dua Hati) di gramedia bogor. Ujung-ujungnya nyesel juga sih, berhubung harga novel ini terbilang mahal, hampir angka empat, tapi pas lihat-lihat novel kok ada nama “Mutmainnah-Pengarang buku-buku best seller” langsung deh saya beli. Habis saya pikir, kalau di al-amin bogor cukup lama sih up to date buku-buku barunya, jadi bisa bikin penasaran yang gak jelas kalau belum ada.

Saya beli ‘hanya’ karena lihat nama pengarangnya, “oh, mba imun, emang buat novel baru yah, kok saya ga tahu sih?” gitu deh pikir saya. Btw, saya memang admire her because of Pingkan. Tahu gak, saya beli Pingkan hampir sepuluh biji, dibaca sendiri ? yah enggak lah, saya bagi-bagiin buat yang lain. Habis, Pngkan itu bisa buat titik balik seseorang, biar lebih mengenal Robb-nya, terus...lha kok ngomongin Pingkan sih :(

Balik ke RDH, ringkasan novel disampul belakang bukunya menurut saya gak cukup menarik, setidaknya gak membuat orang tertarik untuk mengetahui isi novel lebih jauh. Novel ini kalau mengabaikan nama pengarang dan penerbitnya, pasti dikategorikan novel ‘cinta biasa’ seperti nora robert dan sebagainya. Sampul depannya pun gambar laki-laki bule dan seraut wajah perempuan dengan latar gedung-gedung luar negeri.,--yang setelahnya saya baru tahu ada settingya yang di Inggris--.
Oh, ya, saya hampir lupa, saya beli novel ini juga karena harganya, biasanya kan harga kepala empat itu kan kertasnya lux banget, kertas putih polos yang bagus itu lho, tapi lha ini harga mahal tapi kertas buram yang…seperti novel-novel terjemahan luar negeri co : John Grisham, Agatha Christie etc. Apalagi kan penerbitnya Asy-Syamil, penerbit islam, biasanya sih kalau penerbit islam itu kan, harga murah tapi fisik buku bagus. (gak percaya ? bandingin sendiri aja!). Jadi, saya pikir, harga segini mahal tapi fisiknya kucel gini, so, logikanya kan pasti isi buku ini dinilai lebih tinggi, mungkin gede ke goodwill-nya nama mbak imun. Tapi, masih soal fisik buku yah, saya agak miris, ada beberapa kertas yang saking tipisnya, cetakan kata-katanya bertumpuk dan butuh usaha ekstra kertas untuk membacanya. Waktu bacanya sih saya gak mikir ke sana, susah bacanya sih iya, tapi tetep go on, soalnya alurnya mulus banget sepeti jalan tol bogor jakata. Belakangan saya ngedumel, maklumlah, selama ini image saya asy-ayamil itu high quality lah, tapi ini, salah cetak aja kali yah…(ini namanya permisivisme :( )
Sekarang isinya yah, tapi gak berani komentar banyak nih, soalnya gak ahli sih. Tapi okelah, ini komentar orang awam, penikmat novel sejati. Kalau boleh dibilang novel ini isinya tentang…..looooveeee..meluluuuuu…yah, iyalah des, judulnya aja rahasia dua hati, yah, muternya ga jauh-jauh ke Tita dan Harry, tokoh utamanya. Terus di lembar pertamanya aja diperuntukkan untuk “Andri yang selalu mengiringi langkah”. Eh, andri itu suaminya mbak imun yah ? saya sih mikirnya gitu, jadi mungkin novel ini jadi kado istimewa untuk berdua. Sok tahu yah ? :)
Makanya saya bilang, hati-hati untuk yang single, karena kisah ini…mmm, susah nih nulisnya, oke, cerita tentang orang yang pacaran. Kesimpulan yang dangkal yah ? iya sih, tapi mungkin saya mikir gini karena proses ‘berubahnya’ tita menjadi muslimah baru seperempat isi buku terakhir. Jadi, ketika ada paragraf yang tita ‘begini ’ diwajarkan karena yah dia kan belum paham islam. Jadi, pas awal-awal saya berpikir ini novel islam bukan sih ? kok ruhinya gak yang seperti yang saya rasakan di Pingkan. Yah, iya sih, beda….tahu…Cuma, yah, gitu deh….
Terus, saya jadi teringat kata pengantarnya mbak helvy di Pingkan dulu, dan it’s happen again dengan tensi yang sedikit lebih rendah di RDH ini. Tapi saya sepakat kok dengan comment-nya mbak helvy dulu. Mungkin benar saya mencintai Pingkan dan RDH ini karena saya rindu sosok-sosok muslimah yang subhanallah. Atau bahkan tipikal ‘hero’ sekalian. Jika di Pingkan dulu, sosok Pingkan mampu mengislamkan beberapa orang sekaligus, cantik, cerdas, kaya karena dapat warisan, dan solehah. Di RDH pun sama, mampu mengislamkan Harry, yah, setidaknya Tita punya andil mengislamkan Harry kan ?, cuma di RDH, hanya Harry saja yang convert agama.
Tapi, tetap, Tita ini sosok yang ‘hero’ atau super beruntung sekali—maaf, kata-katanya kacau balau, habis memang beruntung banget sih--. Dia digambarkan tidak cantik, juga tidak kaya, dan kecerdasannya pun tidak menonjol, tidak seperti Pingkan dulu. Tapi, dia mampu meluluhkan hati dan menikah dengan sosok Harry yang ternyata ‘hero’. Lulusan harvard business school dan jadi pewaris Woodman yang kaya luar biasa di Inggris sana. Meski ada konflik internal keluarga Harry, tetap saja sosok Harry ini sangat charming. Oh, ya, Harry juga ‘dikejar-kejar’ para wanita, tapi sangaaatttt…mencintai Tita much, setia (menunggu sejak saat empat tahun tunangan hingga lima tahun tidak melirik yang lain setelah alur menukik tajam---ga bakal saya bilang ‘menukik tajamnya’, nanti gak seru lagi), terus apa ya, hanif mungkin ya, karena proses menerima islamnya tidak banyak friksi, atau mungkin karena friksinya tidak digambarkan jelas.
Jadinya, saya mikir, Harry ini gak normal karena kok setia banget, bahkan mengesampingkan masalah biologisnya, tapi mungkin itu cinta ya, …yah… saya kan enggak tahu, belum menikah gitu lho….Cuma kelamaan waktu menunggunya itu lho …
Namun selain itu, selebihnya, dan hal-hal yang terlewat, I do love RDH. Alurnya manis dan lancar sekalee..bahkan hingga kemarin-kemarin, saya taruh RDH di pinggir tempat tidur, sengaja kok bukannya jorok yah J, supaya dapat setiap saat saya baca berulang kali. Setelah selesai, perasaan saya jadi biru dan bawaannya pengen nikah muluJ . Nah lho, makanya hati-hati bagi yang masih single…dan pada akhirnya novel itu saya taruh lemari dan dikunci. Bahaya J habis, ceritanya romantis banget, saya bahkan mengabaikan dan malah gak kepikiran tentang segala kekurangan fisik novel dan sosok Harry yang kelewat bagus. Seperti terhanyut dan terbawa terus melayang lalu dihempas badai dan…….gubbrakk, jatuh lagi deh ke bumi :) .

Tapi, bagaimanapun, saya tetap cinta mbak imun, terus berkarya mbak ! Dan mau tahu gak, saya ingat sekali saat selesai membacanya, jam 01.46 malam. Karena setelahnya saya menulis diary berlembar-lembar sambl sesengukan (kok ?), dan menulis kata terakhir ini :
“Sujud padaMu, Robb, telah lewat tahun ke-21, tapi apa yang telah hamba perbuat padaMu?”
Mungkin dampak Pingkan dulu menginspirasi saya untuk menjadi muslimah yang solehah. Muslimah sesungguhnya. Yang kaafah. Yang syaamil. Tapi RDH ini membuat saya berpikir kapan ya saya bisa membuat sesuatu yang bisa membuat seseorang lebih mendekat pada Robbnya, untuk umat, bermanfaat, berdaya guna. Bukan hanya tulisan atau novel, tapi apa sebenarnya yang bisa saya lakukan sesuai core competence saya misalnya ? gak nyambung yah, yah mungkin juga tulisan terakhir itu dipengaruhi bab skripsi saya yang gak nak-naik :(

By the way, terima kasih sudah membaca tulisan saya. Ini bukan resensi apalagi opini, gak berhak lah saya seperti itu. Tapi hanya sekedar curahan hati dan buncahan perasaan saat selesai membaca RDH. Terus maaf ya mbak dianti, gak berkontribusi nih, gak guna nama tertera di website FLP sebagai pengurus. Ga amanah gini L ga pernah nulis dan gak pernah kerja. Sekalinya nulis, hanya berani di milis, dan itu pun dangkal sekali. Tapi, dimaklumi yah, masih pemula :) . Buat temen-temen yang lain, terus semangat, tetap berkarya ! I do love u all coz Allah.
Taken frm my mail to FLP Milist June 14, 2004
Desi Novita Sari